Nasab Dan Kepribadian Nabi Saw





Nasab Dan Kepribadian Nabi Saw
                Nama dan nasab nabi adalah Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muththalib (nama aslinya Syaibah) ibn Hasyim (nama aslinya ‘Amr) ibn Abdi Manaf (nama aslinya al-Mughirah) ibn Qushay (nama aslinya Yazid) ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’b ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah (nama asli ‘Amir) ibn Ilyas ibn Mudhir ibn Nizar ibn Ma’d ibn Adnan.
                Allah memilih Rasulullah saw sebagai penutup para nabi dan dia himpunkan kepadanya sifat-sifat mereka  yang mulia, jujur, amanah, cerdas hati dan pikiran, senantiasa dalam keadaan sadar, tidak menutup-nutupi, dan terjaga dari kemaksiatan.
                Rasulullah saw terhindar dari segala dosa besar maupun kecil. Melaksanakan semua perintah Allah tanpa sedikit pun melanggarnya. Menjaga diri dari semua laranganya  tanpa sekali pun terjerumus kedalamnya. Nabi saw juga terpelihara dari sifat menutup-nutupi wahyu  atau mengubahnya, terlindung dari kesalahan, kekeliruan, atau kelalaian ketika menyampaikan apa pun yang di perintahkan Allah untuk disampaikan kepada manusia. Jika tidak, tentu beliau tidak layak mengemban tugas kerasulan dan tak layak dipercaya berkaitan dengan apa pun yang beliau sampaikan termasuk urusan syarak, hukum, dan semua informasi lainya dari Allah.
                Nabi saw juga terjaga akhlaknya. Tidak mungkin beliau memiliki sifat-sifat buruk, seperti dengki, dendam, bermaksud atau mengangankan kemaksiatan, atau keburukan hati lainnya. Nabi saw sendiri menegaskan keterjagaan akhlak dan perilakunya di masa jahiliah, “ Sejak anak-anak, aku telah membenci berhala, benci pada syair (puisi), dan tak pernah ingin melakukan apa pun yang dilakukan orang jahiliah. Hanya dua perilaku jahiliah yang pernah aku lakukan, tetapi kemudian Allah menjagaku dari keduanya dan aku tak mengulanginya lagi.”
                Buku-buku biografi Nabi saw menyebutkan dua perbuatan itu, yaitu ketika pada malam hari beliau hendak menyaksikan pesta orang Makkah, tetapi Allah membuatnya tertidur dan bangun karena disengat sinar matahari keesokan harinya.
                Lebih dari itu, Nabi saw juga terpelihara dari setan dengan segala godaan dan tipu muslihatnya. Padahal, seperti disampaikan pada hadis bahwa semua manusia, tanpa terkecuali, dikuasai setan. Nabi saw bersabda, “Tak seorang pun dari kalian yang tak ditemani jin dan malaikat.”
                “Termasuk engkau, wahai Rasulullah ?” tanya sahabat.
                “ Ya, termasuk aku. Hanya saja, Allah menolongku sehingga ia memeluk islam dan tak menyuruhku kecuali pada kebaikan.”
                Meskipun setan berusaha memalingkan Nabi saw dari kebaikan, Allah senantiasa menjaganya. Nabi saw selalu memohon perlindungan kepadanya dan Dia pun melindunginya.
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.
Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung (pula) kepadamu ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
                Nabi saw juga terjaga dari kejahatan manusia yang berusaha mencelakai atau bahkan membunuhnya, sebagaimana di catat dalam Al-Quran :
Dan Allah menjagamu dari (gangguan) manusia.Bersabarlah dengan ketentuan Tuhanmu, karena sungguh kau berada dalam pengawasan kami.
Sungguh kami menjagamu dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokan (kamu).
Dan (Ingatlah), ketika orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya, sedangkan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.
                Tak henti-hentinya musuh menyusun  rencana dan berusaha  membinasakan Nabi saw sejak awal-awal dakwah hingga detik-detik akhir kehidupan beliau. Namun, tak satu pun yang berhasil, baik yang dilakukan orang kafir maupun orang munafik. Nabi saw sendiri memiliki penjaga hingga turun firman Allah : “ Dan Allah menjagamu dari (gangguan) manusia.”
                Sifat Nabi saw yang lain adalah cerdas hati dan pikiran serta senantiasa dlam kesadaran penuh hingga mengetahui wahyu yang turun lalu menyampaikan sebagaimana aslinya. Al-Quran menyatakan, “Kami akan membacanya (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) sehingga kamu tidak akan lupa.”
                Di antara bukti kecerdasan dan ketajaman pikiran beliau adalah kemampuan Nabi saw mengatasi semua masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kaum muslim dengan baik dan bijak. Bukti lainnya, Nabi saw tak pernah lupa, bahkan selalu dalam keadaan sadar. Ketika mengahadapi persoalan, Nabi saw berusaha mencari dan menyelidiki informasi lebih awal sehingga tidak terkejut saat muncul serangan atau keadaan yang berpotensi membahayakan kaum muslim atau mengganggu aktivitas dakwah. Secara khusus Nabi saw menunjuk beberapa sahabat yang menjadi mata-mata untuk memantau situasi di sekitar Madinah sehingga  beliau selalu mengetahui detail masalah yang dihadapi. Dengan cara itu, Nabi saw selalu sigap dan waspada menghadapi berbagai kemungkinan. Ketika mendengar datangnya bahaya, beliau berdiri paling depan sebelum yang lain.
                Tidak hanya cerdas, Nabi saw juga memiliki wawasan yang jauh ke depan. Beliau selalu memperhitungkan dengan cermat sebelum mengambil keputusan atau melakukan sesuatu. Saat menghadapi musuh, beliau selalu mempertimbangkan berbagai kemungkinan, termasuk apa yang akan dilakukan musuh, tindakan apa yang mesti diambil untuk meresponnya, dan memperhitungkan hasil yang akan di capai. Setiap langkah dilakukan dengan tangkas, baik di medan perang maupun dalam aktivitas politik  dan diplomatik.
                Sifat istimewa Nabi saw yang lainnya adalah jujur dan amanah menyampaikan wahyu Allah, tidak menambah maupun mengurangi, menyampaikan secara utuh meski pun berisi teguran atau celaan kepada diri Nabi sendiri.
Wahai manusia, sungguh telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang paling baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang dilangit dan di bumi adalah milik Allah. Dan, Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan nafsunya. Ucapannya itu hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat.
Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagai perkataan atas (nama) kami, niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar kami potong urat jantungnya. Sekali-kali tak seorang pun dari kalian yang dapat mengahalangi (kami) dari pemotongan urat nadi itu.

Gambar  : http://apk-dl.com/potret-pribadi-nabi-muhammad
Ref         : Dr.Nizar Abazhah (2013).Pribadi Muhammad. Jakarta: Zaman


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nasab Dan Kepribadian Nabi Saw"

Post a Comment